Oleh: Ahmad Razak
Ketua Umum Asosiasi Psikologi Islam Sulsel
Dosen Psikologi UNM
SIMAKBERITA.COM, MAKASSAR – Sampai saat ini Indonesia masih dalam situasi krusial bahaya pandemic covid-19. Meskipun ada beberapa ahli yang mencoba memprediksi waktu berakhirnya virus yang satu ini berdasarkan perspektif dan keahliannya, namun bukan merupakan jaminan yang pasti.
Bahkan Peneliti senior dari Southampton University, Michael Head, menjelaskan bahwa benar-benar sulit untuk memprediksi kapan berakhirnya, karena COVID-19 adalah virus yang benar-benar baru dan dunia belum pernah menghadapi pandemic sebesar seperti sekarang ini.
Sementara Dr Simon Clarke dari University of Reading mengatakan bahwa covid-19 akan tetap ada, dan akan bisa terus menghantui populasi manusia meskipun suatu ketika telah ditemukan vaksinnya.
Di tengah-tengah ketidakpastian seperti ini bukan berarti bahwa masyarakat harus menyerah dan apatis dalam menghadapi realitas, karena justru akan dapat merusak tatanan dan sendi-sendi kehidupan psiko-sosial itu sendiri.
Sesungguhnya hal yang diharapkan tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat adalah melahirkan gagasan cerdas dan kreatifitas baru dalam menyikapi dan beradaptasi dengan kondisi yang terjadi. Walau bagaimanapun masyarakat harus tetap eksis dan tetap gigih mempertahankan kelangsungan hidupnya.
Dunia pendidikan harus tetap berjalan, roda perekonomian tetap berputar, dan seluruh sektor harusnya tetap berjalan sebagaimana biasa. Oleh karena itu sangat diperlukan ketangguhan sosial yaitu suatu kemampuan sistem sosial baik secara personal, lingkungan keluarga maupun masyarakat untuk tetap bertahan dalam situasi trauma karena kondisi pandemic covid-19 masih tetap mengancam keselamatan.
Salah satu hal yang dapat memperkuat ketangguhan sosial adalah terbangunnya sebuah nilai wisdom yaitu semacam kemampuan dalam menggunakan akal budi dan kecakapan untuk bertindak apabila menghadapi sebuah kesulitan.
Wisdom dapat juga disebut sebagai “Ekspresi” dari fungsi integratif (kognitif, reflektif, dan afektif) melalui sebuah proses psikologis (inter dan intrapersonal) dalam konteks tertentu agar terbentuk suatu regulasi dan adaptasi.
Pada dasarnya Nilai-nilai wisdom (kebijaksanaan) pada dasarnya sudah sejak lama berlaku di tengah-tengah masyarakat Indonesia dan merupakan kunci utama terbangunnya ketangguhan sosial, namun seiring perkembangan globalisasi yang cenderung materialistic – hedonistic sangat memengaruhi pola dan gaya hidup masyarakat yang pada akhirnya mengikis nilai-nilai kebijaksanaan (wisdom) itu sendiri.
Terkikisnya nilai-nilai wisdom dapat berpotensi menimbulkan kerapuhan psiko – sosial yang pada akhirnya masyarakat rentan terhadap gangguan psikologis seperti cemas, stress dan depresi.
Sebagai salah satu contoh, salah satu kasus yang terjadi di Sumatera Selatan Kabupaten Banyuasin seorang ayah tega menghabisi nyawa anak dan istrinya karena dipecat dari pekerjaannya akibat covid-19.
Hal seperti ini tidak boleh dibiarkan terjadi, ketangguhan sosial mesti tetap dipertahankan dalam eskalasi personal, lokal, dan nasional.
Polri sebagai institusi negara selalu tanggap dan respon dengan persoalan-persoalan sosial kemasyarakatan. Sedari awal polri menginisiasi dan medorong terbentuknya Kampung Tangguh di tengah-tengah masyarakat dengan pendekatan nilai-nilai lokal wisdom yang dimiliki setiap daerah atau wilayah.
Polda Sulawesi Selatan kini eksis mengusung kampung tangguh dengan identitas “Balla Ewako” yang saat ini telah terbentuk hampir di seluruh kabupaten di Provinsi Sulawesi Selatan. (*)