SIMAKBERITA.COM, MAKASSAR — Kabar Duka kembali menyelimuti lingkungan TNI setelah seorang prajurit muda, Prada Herul Muhammad Nail, dilaporkan meninggal dunia secara tidak wajar. Korban yang bertugas di Yonarhanud 4/AAY di bawah Korem 141/Toddopuli, Kodam XIV/Hasanuddin, diduga menjadi korban penganiayaan di dalam satuannya sendiri.
Kasus ini mencuat setelah pihak keluarga melaporkan kejadian tersebut ke Pomdam XIV/Hasanuddin pada Minggu (12/10/2025) dini hari. Berdasarkan Surat Tanda Terima Laporan Pengaduan Nomor STLL/22/X/2025/Lidpamfik, laporan itu dibuat langsung oleh ayah korban, Parman (52), sekitar pukul 00.20 wita.
Dalam laporan itu, disebutkan bahwa dugaan telah terjadi penganiayaan yang menyebabkan meninggalnya Prada Haerul Muhammad Nail anggota Baterai C Yonarhanud 4/AAY, yang berdinas sebagai Tayanrat Satbak 3 Ton I Rai C.
Saat wartawan Simakberita, Selasa (14/10/2025) mendatangi kantor Pomdan XIV/Hasanuddin di jalan Monginsidi untuk konfirmasi terkait hal tersebut, pihak Pomdam XIV/Hasanuddin membenarkan laporan tersebut dan menyampaikan bahwa,kasusnya sementara dalam proses penyelidikan.
Sepupu korban , Fahmi Indrawan, yang mendampingi keluarga di RS Syech Yusuf Gowa, mengaku banyak menemukan kejanggalan terkait waktu dan penyebab kematian korban. “Dokter mengatakan dia meninggal sekitar pukul 16.50 wita. Tapi dari jam 16.00 sampai 16.50 itu masih ada selang waktu, jadi kemungkinan meninggal di perjalanan,” ujar Fahmi kepada wartawan.
Keterangan dari rekan-rekan korban yang mengantarnya ke rumah sakit juga dinilai tidak konsisten. “Ada yang bilang ditemukan dalam keadaan lemas, ada juga yang bilang kejang-kejang. Tidak ada yang bisa memberi penjelasan pasti,” tambahnya.
Ironisnya, kabar meninggalnya Prada Herul justru pertama kali diterima keluarga bukan dari pihak kesatuan, melainkan dari tetangga yang tinggal di dekat asrama. “Kami baru tahu sekitar pukul 17.40 wita dari orang luar. Tidak ada satu pun perwira atau anggota Yonarhanud yang menghubungi pihak keluarga,” kata Fahmi kecewa.
Setibanya di rumah sakit, keluarga mendapati kondisi jenazah yang menimbulkan kecurigaan. “Tubuhnya sudah kaku, ada memar biru di punggung, dan luka di bagian kaki. Dokter juga menunjukkan bekas-bekas itu ke kami,” jelas Fahmi.
Melihat kondisi tersebut, keluarga kemudian meminta dilakukan otopsi resmi sebagai langkah hukum untuk mencari keadilan. “Kami melihat banyak kejanggalan, jadi keluarga sepakat menempuh jalur hukum. Kami ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, ”tegasnya.
Ayah korban, Parman, menuturkan dirinya tiba di rumah sakit sekitar pukul 22.00 wita dan langsung mendesak agar kasus ini dilaporkan secara resmi. “Saya tidak ingin kasus ini berhenti di tengah jalan. Anak saya berangkat untuk mengabdi, bukan untuk mati karena kekerasan dari sesama prajurit,” ucap Parman dengan nada tegas.
Keluarga besar korban kini berharap agar setelah autopsi dilakukan agar penyelidikan kasus Kematian adik kami agar dilakukan secara terbuka dan tidak hanya ditangani secara tertutup internal militer. “Kami masih percaya TNI bisa bersikap adil. Tapi kalau kasus seperti ini ditutup-tutupi, kepercayaan masyarakat akan hilang,” tutur Fahmi menambahkan.
Kematian Prada Herul menambah daftar panjang kasus dugaan kekerasan yang menimpa prajurit muda di lingkungan TNI. Publik kini menunggu langkah Pangdam XIV/Hasanuddin dan Komandan Yonarhanud 4/AAY untuk memastikan proses hukum berjalan transparan dan akuntabel. (*/Anas).
Editor : Iyan.