Terhubung dengan kami

Opini

Adaptasi Kebiasaan Baru, Penguatan Nilai Sosial di Masa Pandemi Covid-19

Dipublikasikan

pada

Oleh: Dr. Sakka Pati S.H. M.H (Kapuslitbang Konflik Demokrasi Hukum, dan Humaniora LPPM Unhas)

SIMAKBERITA.COM, MAKASSAR – Sudah beberapa bulan covid-19 menjadi pandemi secara global maupun secara nasional di negara kita. Hampir semua wilayah sudah terpapar Covid-19. Dampaknya juga begitu terasa di hampir semua sektor kehidupan.

Secara ekonomi kehidupan dan penghasilan masyarakat menurun, demikian juga stabilitas ekonomi bangsa cukup terdampak.

Dampak sosial kehidupan masyarakat juga sangat terasa, ketiadaan kepastian kapan berakhirnya pandemi menjadikan masyarakat sudah mulai jenuh dan hilang kesabaran dalam situasi pandemic Covid-19.

Perubahan nilai-nilai sosial dan interaksi bermasyarakat cukup terasa sebagai “pukulan” yang mengganggu kebersamaan dan silaturahim yang sejak jaman dahulu menjadi kebiasaan dan ciri khas masyarakat Indonesia.

Kondisi yang demikian sedikit banyaknya mulai mempengaruhi psikologi dan perasaan masyarakat dan menyebabkan perubahan perilaku bermasyarakat.

Masyarakat sudah mulai terpecah dalam menghadapi pandemi Covid-19, sebagian beranggapan Covid-19 merupakan wabah penyakit yang sangat berbahaya dan mematikan sehingga perlu penanganan serius dan konsisten oleh semua elemen masyarakat dan pemerintah. Namun sebagian lagi beranggapan, Covid-19 hanya sebagai isu simpang siur dan bagian dari konspirasi yang hanya bertujuan menakut- nakuti dan menghancurkan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pandangan yang demikian menjadi tantangan dan persoalan yang dihadapi pemerintah, karena banyak masyarakat yang merasa ragu bahkan tidak percaya dengan upaya yang dilakukan pemerintah untuk memutus rantai Covid-19.

Contoh ketika salah satu keluarganya dinyatakan positif Corona, mereka tidak percaya, apalagi jika tidak disertai gejala yang berat sebagai tanda terpapar corona. Bahkan ada juga yang nekat mengambil paksa jenazah keluarganya yang terindikasi positif Covid-19 meskipun hasil tes belum keluar.

Seperti kasus pengambilan mayat pasien Covid-19 di Makassar dan beberapa daerah lainnya, seperti Surabaya, Bekasi, Jawa Barat, Maluku, dan Madura.

Ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat terkait pandemi Covid-19 ini masih sangat kurang dan terkesan disepelekan oleh sebagian besar masyarakat, ditambah lagi banyak upaya-upaya provokasi yang dilakukan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.

Di Makassar sendiri, kasus pengambilan paksa mayat tidak hanya terjadi di RUSD Daya, kasus serupa juga pernah terjadi di RSUD Dadi, RS Stella Maris, bahkan RS Bhayangkara.

Hal ini telah terjadi sejak Mei lalu, namun pihak rumah sakit masih berusaha untuk meredam upaya pengambilan paksa mayat pasien Covid-19 tersebut dengan terus melakukan edukasi kepada masyarakat. Namun, semakin hari upaya provokasi juga semakin bertambah sehingga masyarakat dengan mudah terpancing.

Para provokator dengan mudah menggunakan psikologis masyarakat Kota Makassar yang gampang termakan provokasi demi menjalankan misi pribadinya. Ini tentunya sangat berbahaya, semakin banyak masyarakat yang terprovokasi maka akan semakin banyak pula masyarakat yang melakukan tindakan pengambilan mayat pasien Covid-19, dan dampaknya akan semakin menyebar pula Covid-19 ini di Kota Makassar..

Banyak hal sebenarnya yang menimbulkan perlawanan keras oleh masyarakat, khususnya di Makassar terhadap upaya penanganan Covid-19 ini, salah satunya pendekatan yang digunakan tidak memperhatikan kondisi sosial-budaya Masyarakat. Misalnya penegakan protokol kesehatan oleh Dinas Kesehatan dan pihak yang berwenang, pendekatan yang digunakan cenderung keras sehingga memancing perlawanan yang keras pula dari masyarakat, mengingat karakter masyarakat Makassar memang yang juga berkarakter keras.

Tentunya pendekatan yang diterapkan harusnya pendekatan yang dapat diterima oleh masyarakat, misalnya penerapan kebijakan disertai sosilisasi yang massif dengan melibatykan tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh perempuan dan komunitas yang ada sehingga masyarakat bisa memahami dan melaksanakan upaya dalam memutus Covid-19.

Apabila upaya pemerintah melakukan pendekatan yang berbasis kearifan lokal dan budaya setempat, setidaknya masyarakat dapat pula memiliki kesadaran bahwa pandemic Covid-19 adalah persoalan bersama yang harus dihadapi secara bersama. Upaya apapun yang dilakukan oleh pemerintah tidak akan efektif jika kesadaran masyarakat tidak ada untuk disiplin melakukan upaya dan cara sesuai protokolehatan dalam memutus penyebaran Covid-19.

Adaptasi kebiasaan baru harus dilaksanakan dengan disiplin, merubah perilaku, kebiasaan dan gaya hidup sebelum pandemic covid 19 menjadi kebiasaan untuk mengikuti protocol kesehatan dengan cara memakai masker, menjaga jarak, sering-sering cuci tangan, dan menghindari kerumunan, serta tidak keluar rumah untuk hal yang tidak penting, karena dengan adaptasi kebiasaan barulah kita tetap beraktifitas untuk menggerakkan ekonomi dan interaksi sosial di masa pandemic Covid-19. (*)

Klik untuk komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terpopuler